Berbagai Pergolakan di dalam Negeri 1948-1965
Ancaman Disintegrasi Bangsa (PKI Madiun 1948, DI/TII & G 30 S/PKI) ·
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 : BERBAGAI PERGOLAKAN DI DALAM NEGERI (1948-1965)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan peserta didik dapat :
- Menganalisis berbagai pergolakan daerah yang terjadi di Indonesia antara Tahun 1948 hingga 1965
- Mengaitkan peristiwa pergolakan daerah yang terjadi di Indonesia antara tahun 1948 hingga 1965 dengan potensi ancaman disintegrasi pada masa sekarang
- Mengambil hikmah dariberbagai ancaman disintegrasi bangsa yang pernah terjadi di Indonesia, khususnya yang telah terjadi di tahun 1948 hinga 1965
B. Indikator Pencapian Kompetensi
- Peserta didik dapat menjelaskan konflik-konflik atas dasar ideologi yang pernah terjadi diIndoensia antara tahun 1948 hingga 1965
- Peserta didik dapat menganalisis kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya menyelesaikan
konflik atas dasar ideologi yang etrjadi antara tahun 1948-1965 - Peserta didik dapat menelaah akibat yang ditimbulkan oleh konflik atas dasar ideologi antara tahun
1948-1965
C. Uraian Materi
1. Berbagai Pergolakan di Dalam Negeri (1948-1965)
saksikan video berikut!
Apa yang bisa kamu sampaikan dari gambar-gambar di atas ?
Untuk lebih jelasnya mari kita kaji tentang gangguan keamanan di dalam negeri yang mengancam disintegrasi bangsa
Sejarah pergolakan dan konflik yang terjadi di Indonesia selama masa tahun 1948-1965 di bagi dalam tiga bentuk pergolakan :
a. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan Ideologi
Apa yang dimaksud dengan ideologi? Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2008), ideologi diartikan sebagai cita-cita, nilai dasar, dan keyakinan yang ingin dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Sejak Indonesia Merdeka, Pancasila disepakati sebagai ideologi bangsa Indonesia. Pancasila menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam perkembangannya, muncul kelompok-kelompok yang menganut ideologi tertentu dan berusaha mengganti kedudukan pancasila sebagai ideologi bangsa. Usaha kelompok-kelompok tersebut kemudian menyebabkan konflik dan pergolakan.
Termasuk dalam kategori ini adalah Pemberontakan PKI Madiun, Pemberontakan DI/TII, dan peristiwa G30S/PKI. ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja Komunis, sedangkan pemberontakan DI/TII berlangsung dengan membawa ideologi agama.
Menurut Herbeith Feith, aliran politik besar yang terdapat di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan (terutama dapat dilihat sejak pemilu 1955) terbagi dalam lima kelompok :
- Nasionalis radikal
(diwakili PNI) - Islam (NU dan masyumi)
- Komunis (PKI)
- Sosialisme demokrat
(Partai Sosial Indonesia/PSI) - Tradisional Jawa (Partai
Indonesia Raya/PIR, Kelompok teosofis/kebatinan, dan birokrat
pemerintah/pamongpraja)
b. Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan (Vested Interest)
Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan APRA, RMS, dan Andi Azis. Vested Interest merupakan kepentingan yang tertanam dengan kuat pada suatu kelompok. Kelompok ini biasanya berusaha untuk mengontrol suatu sistem sosial atau kegiatan untuk keuntungan sendiri. mereka juga sukar untuk mau melepas posisi atau kedudukannya sehingga sering menghalangi suatu proses perubahan.Baik APRA, RMS, dan peristiwa Andi Azis, semuanya berrhubungan dengan keberadaan pasukan KNIL atau tentara kerajaan Hindia Belanda, yang tidak mau menerima kekuasaan tentara Indonesia di wilayah-wilayah yang sbeelumnya mereka kuasai.dalam situasi seperti ini konflikpun tidak dapat terelakkan.
c. Peristiwa Konflik dan Pergolakan yang berkaitan dengan sistem pemerintahan
Termasuk dalam kategori ini adalah persoala negara-negara federal dan BFO (Bijeenkomst Federal Overleg), serta pemberotakan PRRI dan Permesta.
Masalah yang berhubungan dengan negara federal mulai timbul ketika berdasarkan perjanjian linggajati, Indonesia disepakati akan berbentuk negara serikat/federal dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). RI menjadi bagian RIS. Negara-negara federal lainnya misalnya adalah negara Pasundan, NegaraMadura, atau negara Indonesia Timur. BFO sendiri adalah badan musywarah negara-negara fideral di luar RI, yang dibentuk oleh Belanda. Awalnya, BFO berda dibawah kendali Belanda. Namun makin lama badan ini makin bertindak netral, tidak lagi memihak Belanda. Pro-Kontra tentang negara-negara federal inilah yang kerap juga menimbulkan pertentangan
Sedangkan pemeberontakan PRRI dan Permesta merupakan pemberontakan yang terjadi akibat adanya ketidakpuasan beberapa daerah di wilayah Indonesia terhadap pemeirntah pusat.
Sekarang mari kita bahas satu persatu konflik dan pergolakan yang terjadi di Indonesia pada tahun 1948-1965, yang berhubungan dengan ketiga hal tersebut.
1. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi
a. Pemberontakan PKI Madiun
untuk lebih memperdalam dan mengetahui lebih jauh tentang peristiwa pemberontakan PKI Madiun 1948
silahkan buka link youtube berikut :
silahkan buka link youtube berikut :
1) Latar Belakang
Selain Partai Nasional Indonesia (PNI), PKI merupakan partai politik pertama yang didirikan sesudah proklamasi. Meski demikian, PKI bukanlah partai baru, karena telah ada sejak jaman pergerakan nasional sebelum dibekukan oleh pemeirntah Hindia Belanda akibat pemberontakan pada tahun 1926. Pada masa pergerakan nasional PKI merupakan salah satu partai beraliran radikal yang keras menentang pemerintah kolonial Belanda. Dalam perkembangannya, PKI mulai berkurang pergerakannya, terutama pada masa pendudukan Jepang.
Pergerakan PKI kembali tampak setalah adanya maklumat Pemerintah pada 3 November 1945 yang ditandatangani oleh Moh. Hatta. Berdasarkan Maklumat tersebut, pemerintah Indonesia memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mendirikan partai politik. kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kelompok kiri (sosialis-komunis) untuk kembali menghidupkan PKI. Pada 7 November 1945 PKI kembali dibentuk dibawah pimpinan Moh. Jusuf
Sejak merdeka sampai awal tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung pemerintah, yang kebetulan memang dikuasai oleh golongan kiri. Namun, ketika golongan kiri terlempar dari pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan bergabung dengan partai-partai serta organisasi kiri lainnya dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang didirikan Amir Syarifudin pada bulan Februari 1948. Pada awal September 1948 pimpinan PKI dipegang oleh Muso. Amir Syarifudin bersama Muso menyatukan sejumlah kelompok kiri yang terpecah kedalam PKI. Muso juga merekrut mantan anggota tentara yang singkirkan oleh Moh. Hatta mellaui kebjkan Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (RERA). Para anggota tentara tersebut dijadikan pasukan bersenjata oleh PKI. setelah merasa kedudukan PKI kuat, Muso mulai mengecam kebijakan politik dan pertahanan nasional yang diterapkan oleh pemerintah. Ia membawa PKI kedalam pemberontakan bersenjata yang dicetuskan di Madiun pada tanggal 18 September 1948.
Alasan utama PKI memberontak tentunya bersifat ideologis, dimana mereka memiliki cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Berbagai upaya yang dilakukan PKI untuk meraih kekuasaan antara lain :
- menarik partai dan organisasi kiri dalam FDR untuk bergabung ke dalam PKI
- melakukan berbagai demontrasi dan pemogokan kaum buruh dan petani
- mempengaruhi kekuatan-kekuatan bersenjata
- mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengecam pemerintah dan membahayakan strategi diplomasi Indonesia melawan Belanda yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
- Pernyataan Muso lebih menunjukkan keperpihakan pada Uni Soviyet yang komunis. Padahal saat itu AS dan Uni Sovyet tengah mengalami perang dingin.
2) Jalanya Pemberontakan
Pertempuran terbuka antara kekuatan bersenjata yang pro-PKI dan pro-pemerintah Republik Indonesia mulai terjadi pada September 1948 di Suarakarta. Pasukan pemerintah berhasil memukul mundur para pendukung PKI. Para pendukung PKI tersebut kemudian mengungsi ke Madiun. Mereka bergabung dengan kesatuan pro-pKI lainnya untuk menghadapi serangan pasukan pemerintah. Menjelang pertengahan September 1948, PKI semakin mematangkan persiapannya di Madiun. Pasukan tempur ditempatkan di beberapa daerah seperti Saran, Ponorogo, dan Ngawi.
Puncak gerakan PKI terjadi pada 18 September 1948 yang ditandai dengan berdirinya Front Nasional. Pembentukan front nasional bertujuan mengganti dasar negara Pancasila dengan Komunis. Selain itu, Muso menyerang pemerintah dengan menyatakan bahwa Soekarno-Hatta telah menjalankan politik kapitulasi terhadap Belanda dan Inggris. Muso menyatakan pemerintah hendak menjual tanah air kepada kaum kapitalis. Menanggapi pernyataan Muso tersebut pada19 September 1948 Presiden Soekarno melalui siaran radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk
memilih Muso denga PKI-nya atau Soekarno hatta.. Peristiwa itu memicu konflik bersenjata antara pendukung PKI dan pendukung Republik Indonesia. Sejak saat itu PKI berhasil menguasai Madiun. PKI juga mengganti aparatur pemerintahdengan tokoh-tokoh pro-PKI. Konflik bersenjata ini kemudian disebut Madiun Affairs.
3) Upaya Penumpasan
Upaya pemerintah untuk meredam gerakan ofensif PKI diantaranya telah melakukan upaya-upaya diplomasi dengan Muso, bahkan sampai mengikutsertakan tokoh-tokoh kiri yang lain, yaitu Tan Malaka.
Pemberontakan di Madiun telah mendorong pemerintah Indonesia mengambil tindakan keras untuk menumpas pemberontakan PKI. Oleh karena itu, pemeirntah Republik Indonesia melancarkan operasi militer di Madiun. Pemeirntah mengirim Divisi Siliwangi I dan Divisi Siliwangi II di bawah pimpinan Kolonel Sungkono dan Kolonel Soebroto untuk menyerang gerakan PKI di Madiun. Pasukan Divisi Siliwangi I menyerang dari arah timur, sedangkan Pasukan Divisi Siliwangi II menyerang dari arah barat.
Pada 30 September 1948 pasukan divisi Siliwangi berhasil merebut kota Madiun. Pasukan Divisi Siliwangi I dan Divisi Siliwangi II bertemu di Hotel merdeka, madiun. Dalam operasi ini pasukan pemerintah berhasil menangkap para kader dan simpatisan PKI. Dua bulan kemudian, operasi militer penumpasan PKI dinyatakan selesai. Beberapa tokoh PKI seperti D.N Aidit dan M.H Lukman melarikan diri ke Tiongkok dan Vietnam. Muso terbunuh oleh pasukan pemerintah Indonesia. Sementara itu, Amir Sjarifuddin berhasil ditangkap dan dihukum mati pada 20 Desember 1948.
Untuk menambah wawasan tentang keganasan PKI Madiun 1948 bisa klik link-link berikut: Sejarah PKI Madiun, keganasan PKI Madiun, kekejaman PKI Terhadap Kiai dan Santri di Madiun
b. Pemberontakan DI/TII
1) Latar Belakang
Berdasarkan hasil Perundingan Renville, pemerintah Indonesia harus menarik pasukannya dari kantong gerilya yang berada dalam jangkauan garis demarkasi Van Mook. Garis demarkasi Van Mook merupakan batas wilayah Indonesia yang diduduki Belanda berdasarkan hasil Agresi Militer I Belanda. Kesepakatan ini menyebabkan pemerintah Indoensia menarik pasukan Divisi Siliwangi yang berada di Jawa Barat. Kolonel A.H Nasution kemudian memimpin sekitar 22.000 tentara untuk melakukan perjalanan ke Jawa Tengah yang masih dikuasi oleh Republik Indonesia
2) Jalannya Pemberontakan
Perundingan Renville yang dianggap merugikan pemerintah Indonesia mendapatkan tantangan dari Sekarmaji Kartosuwiryo. Kartosuwiryo merupakan pimpinan hizbullah yang berkuasa didaerah pedalaman Jawa Barat. Kartosuwiryo menolak memundurkan pasukannya ke Jawa Tengah. Sejak saat itu tidak lagi mengakui keberadaan Republik Indonesia. ia berpendapat keluarnya pasukan Divisi Siliwangi dari Jawa Baratsama artinya wilayah itu telah diserahkan kepada Belanda. oleh karena itu, saat para pemimpin pemerintah dan TNI pindah ke wilayah Republik Indonesia, Kartosuwiryo memilih tetap tinggal di pedalaman Jawa barat bersama para pengikutnya.
Kartosuwiryo kemudian membentuk gerakan Darul Islam (DI) dan tentara Islam Indonesia (TII). pada saat itulah muncul impian untuk memwujudkan dan mendirikan negara Islam Indonesia (NII). cita-citanya diwujudkan melalui proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat. NII berbentuk Republik dengan Kartosuwiryo sebagai kepalanegaranya.
Pengaruh DI/TII berhasil menyebar ke berbagai wilayah, seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Aceh. Wilayah Jawa Tengah yang terpengaruh oleh DI/TII diantaranya Brebes, Tegal, dan Pekalongan. DI/TII di wilayah ini dipimpin oleh Amir Fatah. Di Kebumen juga muncul gerakan DI/TII pmpinan Kiai Moh. Mahfudz yang terkenal dengan nama Kiai Sumolangu. Gerakan DI/TII di Jawa tengah didukung oleh Batalion 426 sehingga memiliki kekuatan yang cukup besar.
Gerakan DI/TII di wilayah Sulawesi Selatan di pimin oleh Kahar Muzakar. pada tahun 1952 Kahar Muzakar menyatakan bahwa daerah Sulawesi Selatan merupakan bagian dari NII yang diprokalmirkan Kartosuwiryo. Sementara itu, gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar yang meurpakan seorang mantan anggota TNI. Ibnu Hajar menyatakan bahwa gerakannya merupakan bgian dari NII Kartosuwiryo di Jawa Barat.
Gerakan DI/TII di Aceh di pimpin oleh Daud Beureueh. Ia pernah menjabat sebagai gubernur Militer Daerah istimewa Aceh sewaktu Agresi Militer Belanda I. saat iu Daud Beureueh berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan. Ia mengawali gerakannya dengan menyatakan Aceh sebgaai bagian dari NII di bawah Pimpinan Kartosuwiryo. Pernyataan proklamasi dilakukan pada 20 Sepetember 1953.
3) Upaya Penumpasan
Pemeirntahan membutuhkanwaktu cukup lama untuk menumpas pemberontakan DI/TII. Pemerintah melakukan penumpasan terhadap gerakan DI/TII dengan dua cara, yaitu cara damai dan militer. Cara damai berakhir dengan kegagalan. Selanjutnya, Pemerintah melakukan penumpasan secara militer.
Pada 1 April 1962 pemerintah melancarkan Operasi Baratayudha untuk menumpas pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo. DI/TII semakin terdesak dan satu persatu komandannya menyerahkan diri. Selanjutnya, A.H Nasution menerapkan strategi pasukan Gabungan Rakyat Bernatas Tentara Islam (Pagar Betis). Strategi pagar betis ini dilakukan dengan cara menghimpun keterangan dari para pemimpin DI/TII yang telah
tertangkap.
Pada 22 April 1962 terjadi serangan terhadap pemimpin pusat DI/TII. Selanjutnya, pada 24 April 1962 terjadi serangan untuk kedua kalinya terhadap pimpinan pusat DI/TII. Akibatnya, pasukan DI/TII terpencar-pencar. Pada 4 Juni 1962 Kartosuwiryo berhasil ditangkap di Gunung Geber dan dieksekusi mati pada 5 September 1962.
Pemerintah juga melakukan penumpasan gerakan DI/TII berbaga daerah. Di Jawa Tengah operasi penumpasan dilakukan pemerintah dengan menerjunkan operasi militer. Operasi ini dikenal dengan nama Gerakan Benteng Nasional (GBN) dan Operasi Merdeka Timur.GBN dipimpin oleh Letkol Sarbini, Letkol M. Bachrun, dan Letkol A. Yani. Sementara itu, pimpnan Operasi Merdeka Timur dipimpin Letkol Soeharto.
Dalam Menumpas gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan, Pemerintah melibatkan pasukan TNI dari Divisi Siliwangi. Kahar Muzakar berhasil ditembak mati pada 3 Februari 1965. Gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan juga berhaisl ditumpas pemerintah Republik Indonesia setelah Ibnu Hajar berhasil ditangkap pada Juli 1963. Pemimpin DI/TII ini kemudian dihukum mati oleh pemerintah. Sementara itu, untuk menyelesaikan maslaah DI/TII di Aceh, pemerintah Republik Indonesia mengajak Daud Beureueh bermusyawarah secara damai.
c. Pemberontakan G 30 S/PKI
Pada tahun 1948 PKI melakukan pemberontakan terhadap pemeirntah Republik Indonesia. Meskipun dmeikian, PKI tetap diizinkan melakukan pergerakan. Bahkan, dalam perkembangannya PKI menjadi salah satu kekuatan politik yang memiliki kedekatan dnegan Presiden Soekarno. Pergerakan PKI smekain luas kembali menimbulkan sebuah konflik. Bahkan, konflik yang kemudian dikenal dengan G 30 S/PKI tersebut menjadi kontroversi. Hingga saat ini banyak versi yang menjelaskan tentang peristiwa G 30 S/PKI. Oleh Karena itu, kita perlu bersikap kritis menanggapi informasi tentang G 30 S/PKI.
1). Latar belakang Pemberontakan
Pada masa Demokrasi Terpimpin presiden Soekarno mengeluarkan ajaran nasionalis, sosialis, dan komunis (Nasakom). Ajaran ini dimanfaatkan PKI untuk menyebarluaskan pengaruhnya. PKI juga berhasil memperkuat kedudukannya dalam percaturan politik Indonesia melalui ajaran Presiden Soekarno tersebut. Pada masa itu PKI menjadi pesaing Utama Angkatan Darat dalam percaturan politik Indonesia.
Persaingan antara PKI dan Angkatan Darat memperburuk kondisi politik di Indoensia. kondisi ini semakin memanas dengan ditemukannya dokumen Gilchrits pada Mei 1965. Dokumen Gilchrits berisi informasi keterlibatan blok Barat dalam penggulingan kekuasaan Presiden Soekarno. Dokumen ini diperkirakan beraal dari telegram Duta Besar Inggris di Jakarta, Andrew Gilchrits, yang ditujukan kepada kantor Kementerian Luar Negeri Inggris.
Persaingan antara PKI dan Angkatan Darat pada masa itu terkait dengan rencana pembentukan Angkata Kelima. Rencana yang diajukan PKI tersebut ditolak oleh Angkatan Darat. Dibawah pimpinan Jenderal A.H Nasution dan Letnan Jenderal Ahmad Yani, Angkatan Darat juga menentang keras penyusupan kaum komunis dalam angkatan bersenjata. Berbagai pertentangan tersebut mendorong PKI menyebarkan isu adanya "Dewan jenderal" yang berencana merebut kekuasaan dari tangan Presiden Soekarno.
2) Jalannya Pemberontakan
Pada 1965 PKI berusaha menyebarluaskan pengaruhnya di Indonesia. Untuk memperkuat pengaruhnya, PK melancarkan aksi sepihak dengan cara menyerobot tanah milik kelompok elite tradisional untuk dibagikan kepada para petani miskin pendukung PKI. Selain itu, PKI telah berhasil menanamkan pengaruhnya dijajaran pasukan pegawai prsiden cakrabirawa, Angkatan Udara dan beberapa unit Angkatan Darat.
PKI sering mengadakan latihan kemiliteran bagi para anggota dan pengikutnya di Lubang Buaya. Latihan tersebut disamarkan sebagai latihan sukarelawan untuk kofrontasi dengan Malaysia. PKI dalam latihan itu memanfaatkan fasilitas AURI. Latihan di Lubang Buaya diadakan sampai akhir September 1965 dan diikuti sekitar 3.000 anggota PKI dan organisasi-organisasi binaannya.
Ketika suhu politik di Indonesia memanas, kesehatan Presiden Soekarno tiba-tiba menurun. PKI khawatir Angkatan Darat akan mengambil alih kekuasaan jika Presiden wafat atau tidak mampu bertugas lagi. Oleh karena itu, PKI segera bertindak menyingkirkan lawannya. Pada 30 September 1965 pasukan pro-PKI di bawah pimpinan letnan Kolonel Untung Sutopo menculik dan membunuh sejumlah petinggi penting Angkatan Darat yang antikomunis.
Beberapa petinggi TNI-AD yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan adalah Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal R. Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Suwondo Parman, Bgrigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan, dan Brigadir Jenderal Sutoyo siswomiharjo. Sasaran utama PKI adalah Jenderal A.H Nasution, tetapi ia berhasil meloloskan diri. Meskipun demikian, ajudan dan putri bungsu Jenderal A.H nasution bernama Letnan satu Pierre Tendean dan Ade Irma Suryani, serta seorang pembantu Letnan Polisi bernama Karel Sasuit Tubun juga menjadi korban dalam perisiwa tersebut. Para korban tersbeut kemudian dibawa ke sumur tua
Lubang Buaya yang terletak di sebelah selatan pangkalan udara utama Halim Perdanakusuma.
Pada waktu yang bersamaan, G 30 S/PKI mengadakan perebutan kekuasaan di Yogyakarta, Solo, Wonogiri, dan Semarang. Gerakan tersebut mengumumkan berdirinya Dewan Revolusi melelui RRI pada 1 Oktober 1965. Mayor Mulyono yang ditunjuk oleh Letnan Kolonel Untung sebagai pemimpin Dewan revolusi di daerah Yogyakarta. Mereka melakukan penculikan terhadap kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono. Kedua perwira TNI-AD ini dibunuh oleh
gerombolan PKI di Desa Kentungan yang terletak di sebleah utara kota Yogyakarta.
Pada peristiwa tersebut PKI dianggap sebagai dalang utama. Meskipun demikian, hingga saat ini dalang peristiwa tersebut masih menjadi perdebatan. Setidaknya terdapat lima teori mengenai pelaku utama pemberontakan G 30 S/PKI. Kelima teori tersebut sebagai berikut :
a. G 30 S merupakan persoalan Internal Angkatan Darat
Dua Sejarawan Amerika Serikat yaitu B.R.O.G Anderson dan Ruth McVey berpendapat bahwa peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965 merupakan puncak konflik internalTNI-AD. Kedua sejarawan tersebut berpendapat PKI merupakan objek yang sengaja dikorbankan untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari pelaku utama yang sebenarnya
b. G 30 S merupakan pertempuran antara Kepentingan Inggris-Amerika Serikat
Greg Poulgarin menyaakan dalang PKI adalah Amerika Serikat dan Inggris. Menurut Greg, baik Amerika maupun Inggris berupaya menjatuhkan kekuasaan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno dianggap membahayakan kepentingan Inggris di Malaysia dan Brunei. Kepentingan Inggris ini sejalan dengan skenario Perang Dunia Amerika Serikat yang memerluka sekutu untuk membendung Komunisme.
c. Dalang G 30 S adalah CIA
Pendapat bahwa agen Intelejen Amerika Serikat,yaitu Central Intellegence Agency (CIA) merupakan dalang peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965 diungkapkan oleh Peter Dale Scott dan geoffery Robinson. Amerika Serikat khawatir jika Indonesia terpengaruh komunisme. Oleh karena itu, CIA bekerja sama dengan kelompok dalam Angkatan Darat untuk memprovokasi PKI agar melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Soekarno.
d. Dalang G 30 S adalah PKI
Pada masa orde baru pemerintah menyatakan bahwa dalang peristiwa 30 September 1965 adalah PKI yang dibantu sejumlah oknum TNI. Akan tetapi, pernyataan tersebut diragukan oleh beberapa pakar politik karena PKI telah ada sejak lama mendominasi perkembangan politik di Indonesia.
e. Teori Chaos
Teori Chaos dikemukakan oleh John D. Legge. Teori ini menyatakan bahwa tidak ada pemeran tunggal dan tidak ada skenario besar dalam peristiwa 30 September 1965.
3) Upaya Penumpasan
saksikan film penumpasan G 30 S/PKI berikut !
Pada 1 Oktober 1965 Mayor jenderal Soeharto selaku panglima Komando Strategi Angakatan Darat (Kostrad) mengambil alih pimpnan Angkatan Darat. Pengambilalihan ini karena Panglima Angkatan Darat tidak dapat menjalankan tugasnya. Dalam upaya ini, tindakan yang dilakukan Soeharto antara lain menetralisasi pasukan-pasukan yang berada di sekitar lapangan Merdeka, merebut gedung RRI dan kantor pusat telekomunikasi yang teah dikuasai PKI, serta membersihkan pangkalan udara Halim Perdanakusuma dari pasukan-pasukan G 30 S/PKI.
Operasi Penumpasan terhadap G 30 S/PKI dimulai pada 1 Oktober 1965 pukul19.00 WIB. Pada saat itu Resimen para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang bernama Pasukan Khusus (Kopasus) di bawah Pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo berhasil merebut kembali studio RRI pusat dan kantor pusat telekomunikasi. Melalui siaran RRI, diumumkan bahwa perebutan kekuasaan telah dilakukan oleh PKI dengan G 30 S/PKI-nya. Dalam pengumuman itu juga disampaikan bahwa Presiden Soekarno dan Menkohankam dalam keadaan aman dan sehat.
Operasi militer dilanjutkan untuk membebaskan pangkalan udara Halim perdanakusuma. Pada 2 Oktober 1965 pangkala ini telah dapat dikuasai. Pemebrsihan juga dilakukan di sekitar Lubang Buaya. Pada 3 Oktober 1965 di sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya ditemukan para koran penculikan dan pembunuhan PKI. Akan tetapi, pengambilan jenazah baru dilaksanakan pada 4 Oktober 1965. Selanjutnya, pada 5 Oktober 1965 jenazah korban G 30 S/PKI di makamkan di Taman Makam pahlawan Kalibata, Jakarta. Para korban peristiwa G 30 S/PKI dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi dan kenakan pangkat setingakt lebih tinggi secara anumerta. Penganugerahan gelar tersbeut tertuang dalam keputusan presiden/Pangti ABRI/KOTI Nomor III/KOTI/1965 tanggal 5 Oktober 1965. pemeirntah juga membangun monumen Pancasila sakti untuk mengenang korban. Adapun jenazah kedua perwira yang dibunuh di Yogyakarta baru ditemukan pada 21 Oktober 1965. Akhirnya, kedua jenazah tersebut dimakamkan di taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta pada 22 Oktober 1965.
Komentar
Posting Komentar