Sejarah Indonesia Kelas XII : Perjuangan Mengahadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
BERBAGAI
PERGOLAKAN DI DALAM NEGERI (1948-1965)
1. Berbagai Pergolakan di Dalam Negeri
(1948-1965)
Perhatikan
gambar-gambar ini !
Apa yang bisa kamu
sampaikan dari gambar-gambar di atas ?
Untuk lebih jelasnya
mari kita kaji tentang gangguan keamanan di dalam negeri yang mengancam
disintegrasi bangsa
Sejarah pergolakan dan konflik yang terjadi di
Indonesia selama masa tahun 1948-1965 di bagi dalam tiga bentuk pergolakan :
a. Peristiwa konflik dan pergolakan yang
berkaitan dengan Ideologi
Apa yang dimaksud dengan
ideologi? Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2008), ideologi diartikan
sebagai cita-cita, nilai dasar, dan keyakinan yang ingin dijunjung tinggi
sebagai pedoman normatif. Sejak Indonesia Merdeka, Pancasila disepakati sebagai
ideologi bangsa Indonesia. Pancasila menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam perkembangannya, muncul
kelompok-kelompok yang menganut ideologi tertentu dan berusaha mengganti
kedudukan pancasila sebagai ideologi bangsa. Usaha kelompok-kelompok tersebut
kemudian menyebabkan konflik dan pergolakan.
Termasuk dalam kategori
ini adalah Pemberontakan PKI Madiun, Pemberontakan DI/TII, dan peristiwa
G30S/PKI. ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja Komunis, sedangkan
pemberontakan DI/TII berlangsung dengan membawa ideologi agama.
Menurut Herbeith Feith,
aliran politik besar yang terdapat di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan
(terutama dapat dilihat sejak pemilu 1955) terbagi dalam lima kelompok :
·
Nasionalis radikal
(diwakili PNI)
·
Islam (NU dan masyumi)
·
Komunis (PKI)
·
Sosialisme demokrat
(Partai Sosial Indonesia/PSI)\
·
Tradisional Jawa (Partai
Indonesia Raya/PIR, Kelompok teosofis/kebatinan, dan birokrat
pemerintah/pamongpraja)
b. Peristiwa konflik dan
pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan (Vested Interest)
Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan APRA, RMS, dan
Andi Azis. Vested Interest merupakan kepentingan yang tertanam dengan kuat pada
suatu kelompok. Kelompok ini biasanya berusaha untuk mengontrol suatu sistem
sosial atau kegiatan untuk keuntungan sendiri. mereka juga sukar untuk mau
melepas posisi atau kedudukannya sehingga sering menghalangi suatu proses
perubahan.Baik APRA, RMS, dan peristiwa Andi Azis, semuanya berrhubungan dengan
keberadaan pasukan KNIL atau tentara kerajaan Hindia Belanda, yang tidak mau
menerima kekuasaan tentara Indonesia di wilayah-wilayah yang sbeelumnya mereka
kuasai. dalam situasi seperti ini konflikpun tidak dapat terelakkan.
c. Peristiwa Konflik dan Pergolakan yang
berkaitan dengan sistem pemerintahan
Termasuk dalam kategori ini adalah persoala negara-negara federal
dan BFO (Bijeenkomst Federal Overleg), serta pemberotakan PRRI dan
Permesta.
Masalah yang berhubungan dengan negara federal mulai timbul ketika
berdasarkan perjanjian linggajati, Indonesia disepakati akan berbentuk negara
serikat/federal dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). RI menjadi bagian
RIS. Negara-negara federal lainnya misalnya adalah negara Pasundan, Negara
Madura, atau negara Indonesia Timur. BFO sendiri adalah badan musywarah
negara-negara fideral di luar RI, yang dibentuk oleh Belanda. Awalnya, BFO
berda dibawah kendali Belanda. Namun makin lama badan ini makin bertindak
netral, tidak lagi memihak Belanda. Pro-Kontra tentang negara-negara federal
inilah yang kerap juga menimbulkan pertentangan
Sedangkan pemeberontakan PRRI dan Permesta merupakan pemberontakan
yang terjadi akibat adanya ketidakpuasan beberapa daerah di wilayah Indonesia
terhadap pemeirntah pusat.
Sekarang mari kita bahas satu persatu konflik dan pergolakan yang
terjadi di Indonesia pada tahun 1948-1965, yang berhubungan dengan ketiga hal
tersebut.
1. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan
Ideologi
a. Pemberontakan PKI Madiun
saksikan video berikut!
untuk lebih memperdalam
dan mengetahui lebih jauh tentang peristiwa pemberontakan PKI Madiun 1948
silahkan buka link youtube berikut :
1) Latar Belakang
Selain Partai Nasional
Indonesia (PNI), PKI merupakan
partai politik pertama yang didirikan sesudah proklamasi. Meski demikian, PKI
bukanlah partai baru, karena telah ada sejak jaman pergerakan nasional sebelum
dibekukan oleh pemeirntah Hindia Belanda akibat pemberontakan pada tahun 1926.
Pada masa pergerakan nasional PKI merupakan salah satu partai beraliran radikal
yang keras menentang pemerintah kolonial Belanda. Dalam perkembangannya, PKI
mulai berkurang pergerakannya, terutama pada masa pendudukan Jepang.
Pergerakan PKI kembali
tampak setalah adanya maklumat Pemerintah pada 3 November 1945 yang
ditandatangani oleh Moh. Hatta. Berdasarkan Maklumat tersebut, pemerintah
Indonesia memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mendirikan partai politik.
kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kelompok kiri
(sosialis-komunis) untuk kembali menghidupkan PKI. Pada 7 November 1945 PKI
kembali dibentuk dibawah pimpinan Moh. Jusuf
Sejak merdeka sampai
awal tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung pemerintah, yang kebetulan memang
dikuasai oleh golongan kiri. Namun, ketika golongan kiri terlempar dari
pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan bergabung dengan partai-partai
serta organisasi kiri lainnya dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang didirikan
Amir Syarifudin pada bulan Februari 1948. Pada awal September 1948 pimpinan PKI
dipegang oleh Muso. Amir
Syarifudin bersama Muso menyatukan sejumlah kelompok kiri yang terpecah kedalam
PKI. Muso juga merekrut mantan anggota tentara yang singkirkan oleh Moh. Hatta
mellaui kebjkan Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (RERA). Para
anggota tentara tersebut dijadikan pasukan bersenjata oleh PKI. setelah merasa
kedudukan PKI kuat, Muso mulai mengecam kebijakan politik dan pertahanan
nasional yang diterapkan oleh pemerintah. Ia membawa PKI kedalam pemberontakan
bersenjata yang dicetuskan di Madiun pada tanggal 18 September 1948.
Alasan utama PKI
memberontak tentunya bersifat ideologis, dimana mereka memiliki cita-cita ingin
menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Berbagai upaya yang dilakukan PKI
untuk meraih kekuasaan antara lain :
- · menarik partai dan organisasi kiri dalam FDR untuk bergabung ke dalam PKI
- · melakukan berbagai demontrasi dan pemogokan kaum buruh dan petani
- · mempengaruhi kekuatan-kekuatan bersenjata
- · mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengecam pemerintah dan membahayakan strategi diplomasi Indonesia melawan Belanda yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
- · Pernyataan Muso lebih menunjukkan keperpihakan pada Uni Soviyet yang komunis. Padahal saat itu AS dan Uni Sovyet tengah mengalami perang dingin.
2) Jalanya Pemberontakan
Pertempuran terbuka
antara kekuatan bersenjata yang pro-PKI dan pro-pemerintah Republik Indonesia
mulai terjadi pada September 1948 di Suarakarta. Pasukan pemerintah berhasil
memukul mundur para pendukung PKI. Para pendukung PKI tersebut kemudian
mengungsi ke Madiun. Mereka bergabung dengan kesatuan pro-pKI lainnya untuk
menghadapi serangan pasukan pemerintah. Menjelang pertengahan September 1948,
PKI semakin mematangkan persiapannya di Madiun. Pasukan tempur ditempatkan di beberapa
daerah seperti Saran, Ponorogo, dan Ngawi.
Puncak gerakan PKI
terjadi pada 18 September 1948 yang ditandai dengan berdirinya Front Nasional.
Pembentukan front nasional bertujuan mengganti dasar negara Pancasila dengan
Komunis. Selain itu, Muso menyerang pemerintah dengan menyatakan bahwa
Soekarno-Hatta telah menjalankan politik kapitulasi terhadap Belanda dan
Inggris. Muso menyatakan pemerintah hendak menjual tanah air kepada kaum
kapitalis. Menanggapi pernyataan Muso tersebut pada19 September 1948 Presiden
Soekarno melalui siaran radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk
memilih Muso denga PKI-nya atau Soekarno hatta.. Peristiwa itu memicu konflik
bersenjata antara pendukung PKI dan pendukung Republik Indonesia. Sejak saat
itu PKI berhasil menguasai Madiun. PKI juga mengganti aparatur pemerintah
dengan tokoh-tokoh pro-PKI. Konflik bersenjata ini kemudian disebut Madiun
Affairs.
3) Upaya Penumpasan
Upaya pemerintah untuk
meredam gerakan ofensif PKI diantaranya telah melakukan upaya-upaya diplomasi
dengan Muso, bahkan sampai mengikutsertakan tokoh-tokoh kiri yang lain, yaitu
Tan Malaka.
Pemberontakan di Madiun
telah mendorong pemerintah Indonesia mengambil tindakan keras untuk menumpas
pemberontakan PKI. Oleh karena itu, pemeirntah Republik Indonesia melancarkan
operasi militer di Madiun. Pemeirntah mengirim Divisi Siliwangi I dan Divisi
Siliwangi II di bawah pimpinan Kolonel Sungkono dan Kolonel Soebroto untuk
menyerang gerakan PKI di Madiun. Pasukan Divisi Siliwangi I menyerang dari arah
timur, sedangkan Pasukan Divisi Siliwangi II menyerang dari arah barat.
Pada 30 September 1948
pasukan divisi Siliwangi berhasil merebut kota Madiun. Pasukan Divisi Siliwangi
I dan Divisi Siliwangi II bertemu di Hotel merdeka, madiun. Dalam operasi ini
pasukan pemerintah berhasil menangkap para kader dan simpatisan PKI. Dua bulan
kemudian, operasi militer penumpasan PKI dinyatakan selesai. Beberapa tokoh PKI
seperti D.N Aidit dan M.H Lukman melarikan diri ke Tiongkok dan Vietnam. Muso
terbunuh oleh pasukan pemerintah Indonesia. Sementara itu, Amir Sjarifuddin
berhasil ditangkap dan dihukum mati pada 20 Desember 1948.
Untuk menambah wawasan
tentang keganasan PKI Madiun 1948 bisa klik link-link berikut: Sejarah PKI Madiun, keganasan PKI Madiun, kekejaman PKI Terhadap Kiai dan
Santri di Madiun
b. Pemberontakan DI/TII
1) Latar Belakang
Berdasarkan hasil
Perundingan Renville, pemerintah Indonesia harus menarik pasukannya dari
kantong gerilya yang berada dalam jangkauan garis demarkasi Van Mook. Garis demarkasi Van Mook merupakan
batas wilayah Indonesia yang diduduki Belanda berdasarkan hasil Agresi Militer
I Belanda. Kesepakatan ini menyebabkan pemerintah Indoensia menarik pasukan
Divisi Siliwangi yang berada di Jawa Barat. Kolonel A.H Nasution kemudian
memimpin sekitar 22.000 tentara untuk melakukan perjalanan ke Jawa Tengah yang
masih dikuasi oleh Republik Indonesia
2) Jalannya
Pemberontakan
Perundingan Renville yang
dianggap merugikan pemerintah Indonesia mendapatkan tantangan dari Sekarmaji
Kartosuwiryo. Kartosuwiryo merupakan pimpinan hizbullah yang berkuasa didaerah
pedalaman Jawa Barat. Kartosuwiryo menolak memundurkan pasukannya ke Jawa
Tengah. Sejak saat itu tidak lagi mengakui keberadaan Republik Indonesia. ia
berpendapat keluarnya pasukan Divisi Siliwangi dari Jawa Baratsama artinya
wilayah itu telah diserahkan kepada Belanda. oleh karena itu, saat para
pemimpin pemerintah dan TNI pindah ke wilayah Republik Indonesia, Kartosuwiryo
memilih tetap tinggal di pedalaman Jawa barat bersama para pengikutnya.
Kartosuwiryo kemudian
membentuk gerakan Darul Islam (DI) dan tentara Islam Indonesia (TII). pada saat
itulah muncul impian untuk memwujudkan dan mendirikan negara Islam Indonesia
(NII). cita-citanya diwujudkan melalui proklamasi Negara Islam Indonesia (NII)
pada 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat. NII berbentuk Republik dengan
Kartosuwiryo sebagai kepala negaranya.
Pengaruh DI/TII berhasil
menyebar ke berbagai wilayah, seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Selatan dan Aceh. Wilayah Jawa Tengah yang terpengaruh oleh DI/TII diantaranya
Brebes, Tegal, dan Pekalongan. DI/TII di wilayah ini dipimpin oleh Amir Fatah. di Kebumen juga muncul gerakan DI/TII
pmpinan Kiai Moh. Mahfudz yang terkenal dengan nama Kiai Sumolangu. Gerakan
DI/TII di Jawa tengah didukung oleh Batalion 426 sehingga memiliki kekuatan
yang cukup besar.
Gerakan DI/TII di
wilayah Sulawesi Selatan di pimin oleh Kahar Muzakar. pada
tahun 1952 Kahar Muzakar menyatakan bahwa daerah Sulawesi Selatan merupakan
bagian dari NII yang diprokalmirkan Kartosuwiryo. Sementara itu, gerakan DI/TII
di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar yang meurpakan seorang mantan
anggota TNI. Ibnu Hajar menyatakan bahwa gerakannya merupakan bgian dari NII
Kartosuwiryo di Jawa Barat.
Gerakan DI/TII di Aceh
di pimpin oleh Daud Beureueh. Ia pernah menjabat sebagai gubernur Militer
Daerah istimewa Aceh sewaktu Agresi Militer Belanda I.
saat iu Daud Beureueh berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai
seluruh aparat pemerintahan. Ia mengawali gerakannya dengan menyatakan Aceh
sebgaai bagian dari NII di bawah Pimpinan Kartosuwiryo. Pernyataan proklamasi
dilakukan pada 20 Sepetember 1953.
3) Upaya
Penumpasan
saksikan video berikut
saksikan video berikut
Pemerintahan membutuhkan
waktu cukup lama untuk menumpas pemberontakan DI/TII. Pemeirntah melakukan
penumpasan terhadap gerakan DI/TII dengan dua cara, yaitu cara damai dan
militer. Cara damai berakhir dengan kegagalan. Selanjutnya, Pemerintah
melakukan penumpasan secara militer.
Pada 1 April 1962
pemerintah melancarkan Operasi Baratayudha untuk menumpas pemberontakan DI/TII
Kartosuwiryo. DI/TII semakin terdesak dan satu persatu komandannya menyerahkan
diri. Selanjutnya, A.H Nasution menerapkan strategi pasukan Gabungan Rakyat
Bernatas Tentara Islam (Pagar Betis). Strategi pagar betis ini dilakukan dengan
cara menghimpun keterangan dari para pemimpin DI/TII yang telah
tertangkap.
Pada 22
April 1962 terjadi serangan terhadap pemimpin pusat DI/TII. Selanjutnya, pada
24 April 1962 terjadi serangan untuk kedua kalinya terhadap pimpinan pusat
DI/TII. Akibatnya, pasukan DI/TII terpencar-pencar. Pada 4 Juni 1962
Kartosuwiryo berhasil ditangkap di Gunung Geber dan dieksekusi mati pada 5
September 1962.
Pemerintah juga
melakukan penumpasan gerakan DI/TII berbaga daerah. Di Jawa Tengah operasi
penumpasan dilakukan pemerintah dengan menerjunkan operasi militer. Operasi ini
dikenal dengan nama Gerakan Benteng Nasional (GBN) dan Operasi Merdeka Timur.
GBN dipimpin oleh Letkol Sarbini, Letkol M. Bachrun, dan Letkol A. Yani.
Sementara itu, pimpnan Operasi Merdeka Timur dipimpin Letkol Soeharto.
Dalam Menumpas gerakan
DI/TII di Sulawesi Selatan, Pemerintah melibatkan pasukan TNI dari Divisi
Siliwangi. Kahar Muzakar berhasil ditembak mati pada 3 Februari 1965. Gerakan
DI/TII di Kalimantan Selatan juga berhaisl ditumpas pemerintah Republik
Indonesia setelah Ibnu Hajar berhasil ditangkap pada Juli 1963. Pemimpin DI/TII
ini kemudian dihukum mati oleh pemerintah. Sementara itu, untuk menyelesaikan
maslaah DI/TII di Aceh, pemerintah Republik Indonesia mengajak Daud Beureueh
bermusyawarah secara damai.
c. Pemberontakan G 30 S/PKI
Pada tahun 1948 PKI melakukan pemberontakan terhadap pemeirntah
Republik Indonesia. Meskipun dmeikian, PKI tetap diizinkan melakukan
pergerakan. Bahkan, dalam perkembangannya PKI menjadi salah satu kekuatan
politik yang memiliki kedekatan dnegan Presiden Soekarno. Pergerakan PKI
smekain luas kembali menimbulkan sebuah konflik. Bahkan, konflik yang kemudian
dikenal dengan G 30 S/PKI tersebut menjadi kontroversi. Hingga saat ini banyak
versi yang menjelaskan tentang peristiwa G 30 S/PKI. Oleh Karena itu, kita
perlu bersikap kritis menanggapi informasi tentang G 30 S/PKI.
1). Latar belakang
Pemberontakan
Pada masa Demokrasi Terpimpin presiden Soekarno
mengeluarkan ajaran nasionalis, sosialis, dan komunis (Nasakom). Ajaran ini
dimanfaatkan PKI untuk menyebarluaskan pengaruhnya. PKI juga berhasil
memperkuat kedudukannya dalam percaturan politik Indonesia melalui ajaran
Presiden Soekarno tersebut. Pada masa itu PKI menjadi pesaing Utama Angkatan Darat dalam percaturan politik Indonesia.
Persaingan antara PKI dan Angkatan Darat
memperburuk kondisi politik di Indoensia. kondisi ini semakin memanas dengan
ditemukannya dokumen Gilchrits pada Mei 1965. Dokumen Gilchrits berisi
informasi keterlibatan blok Barat dalam penggulingan kekuasaan Presiden
Soekarno. Dokumen ini diperkirakan beraal dari telegram Duta Besar Inggris di
Jakarta, Andrew Gilchrits, yang ditujukan kepada kantor Kementerian Luar Negeri
Inggris.
Persaingan antara PKI dan Angkatan Darat pada
masa itu terkait dengan rencana pembentukan Angkata Kelima. Rencana yang
diajukan PKI tersebut ditolak oleh Angkatan Darat. Dibawah pimpinan
Jenderal A.H Nasution dan Letnan Jenderal Ahmad Yani, Angkatan Darat juga
menentang keras penyusupan kaum komunis dalam angkatan bersenjata. Berbagai
pertentangan tersebut mendorong PKI menyebarkan isu adanya "Dewan
jenderal" yang berencana merebut kekuasaan dari tangan Presiden Soekarno.
2) Jalannya Pemberontakan
Pada 1965 PKI berusaha menyebarluaskan
pengaruhnya di Indonesia. Untuk memperkuat pengaruhnya, PK melancarkan aksi
sepihak dengan cara menyerobot tanah milik kelompok elite tradisional untuk
dibagikan kepada para petani miskin pendukung PKI. Selain itu, PKI telah
berhasil menanamkan pengaruhnya dijajaran pasukan pegawai prsiden cakrabirawa,
Angkatan Udara dan beberapa unit Angkatan Darat.
PKI sering mengadakan latihan kemiliteran bagi
para anggota dan pengikutnya di Lubang Buaya. Latihan tersebut disamarkan
sebagai latihan sukarelawan untuk kofrontasi dengan Malaysia. PKI dalam latihan
itu memanfaatkan fasilitas AURI. Latihan di Lubang Buaya diadakan sampai akhir
September 1965 dan diikuti sekitar 3.000 anggota PKI dan organisasi-organisasi
binaannya.
Ketika suhu politik di Indonesia memanas,
kesehatan Presiden Soekarno tiba-tiba menurun. PKI khawatir Angkatan Darat akan
mengambil alih kekuasaan jika Presiden wafat atau tidak mampu bertugas lagi.
Oleh karena itu, PKI segera bertindak menyingkirkan lawannya. Pada 30 September
1965 pasukan pro-PKI di bawah pimpinan letnan Kolonel Untung Sutopo menculik
dan membunuh sejumlah petinggi penting Angkatan Darat yang antikomunis.
Beberapa petinggi TNI-AD yang menjadi korban
penculikan dan pembunuhan adalah Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal R.
Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Suwondo
Parman, Bgrigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan, dan Brigadir Jenderal
Sutoyo siswomiharjo. Sasaran utama PKI adalah Jenderal A.H Nasution, tetapi ia
berhasil meloloskan diri. Meskipun demikian, ajudan dan putri bungsu Jenderal
A.H nasution bernama Letnan satu Pierre Tendean dan Ade Irma Suryani, serta
seorang pembantu Letnan Polisi bernama Karel Sasuit Tubun juga menjadi korban
dalam perisiwa tersebut. Para korban tersbeut kemudian dibawa ke sumur tua
Lubang Buaya yang terletak di sebelah selatan pangkalan udara utama Halim
Perdanakusuma.
Pada waktu yang bersamaan, G 30 S/PKI mengadakan
perebutan kekuasaan di Yogyakarta, Solo, Wonogiri, dan Semarang. Gerakan
tersebut mengumumkan berdirinya Dewan Revolusi melelui RRI pada 1 Oktober 1965.
Mayor Mulyono yang ditunjuk oleh Letnan Kolonel Untung sebagai pemimpin Dewan
revolusi di daerah Yogyakarta. Mereka melakukan penculikan terhadap kolonel
Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono. Kedua perwira TNI-AD ini dibunuh oleh
gerombolan PKI di Desa Kentungan yang terletak di sebleah utara kota
Yogyakarta.
Pada peristiwa tersebut PKI dianggap sebagai
dalang utama. Meskipun demikian, hingga saat ini dalang peristiwa tersebut
masih menjadi perdebatan. Setidaknya terdapat lima teori mengenai pelaku utama
pemberontakan G 30 S/PKI. Kelima teori tersebut sebagai berikut :
a. G 30 S merupakan persoalan Internal Angkatan
Darat
Dua Sejarawan Amerika Serikat yaitu B.R.O.G
Anderson dan Ruth McVey berpendapat bahwa peristiwa yang terjadi pada 30
September 1965 merpakan puncak konflik internalTNI-AD. Kedua sejarawan tersebut
berpendapat PKI merupakan objek yang sengaja dikorbankan untuk mengalihkan
perhatian masyarakat dari pelaku utama yang sebenarnya
b. G 30 S merupakan pertempuran antara
Kpeentingan Inggris-Amerika Serikat
Greg Poulgarin menyaakan dalang PKI adalah
Amerika Serikat dan Inggris. Menurut Greg, baik Amerika maupun Inggris berupaya
menjatuhkan kekuasaan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno dianggap
membahayakan kepentingan Inggris di Malaysia dan Brunei. Kepentingan Inggris
ini sejalan dengan skenario Perang Dunia Amerika Serikat yang memerluka sekutu
utuk membendung Komunisme.
c. Dalang G 30 S adalah CIA
Pendapat bahwa agen Intelejen Amerika Serikat,
yaitu Central Intellegence Agency (CIA) merupakan dalang peristiwa yang terjadi
pada 30 September 1965 diungkapkan oleh Peter Dale Scott dan geoffery Robinson.
Amerika Serikat khawatir jika Indonesia terpengaruh komunisme. Oleh karena itu,
CIA bekerja sama dengan kelompok dalam Angkatan Darat untuk memprovokasi PKI
agar melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Soekarno.
d. Dalang G 30 S adalah PKI
Pada masa orde baru pemerintah menyatakan bahwa
dalang peristiwa 30 September 1965 adalah PKI yang dibantu sejumlah oknum TNI.
Akan tetapi, pernyataan tersebut diragukan oleh beberapa pakar politik karena
PKII telah ada sejak lama mendominasi perkembangan politik di Indonesia.
e. Teori Chaos
Teori Chaos dikemukakan oleh John D. Legge.
Teori ini menyatakan bahwa tidak ada pemeran tunggal dan tidak ada skenario
besar dalam peristiwa 30 September 1965.
3) Upaya Penumpasan
Pada 1 Oktober 1965
Mayor jenderal Soeharto selaku panglima Komando StrategiAngakatan Darat
(Kostrad) mengambil alih pimpnan Angkatan Darat.Pengambilalihan ini karena
Panglima Angkatan Darat tidak dapat menjalankan tugasnya. Dalam upaya ini,
tindakan yang dilakukan Soeharto antara lain menetralisasi pasukan-pasukan yang
berada di sekitar lapangan Merdeka, merebut gedung RRI dan kantor pusat
telekomunikasi yang teah dikuasai PKI, serta membersihkan pangkalan udara Halim
Perdanakusuma dari pasukan-pasukan G 30 S/PKI.
Operasi Penumpasan
terhadap G 30 S/PKI dimulai pada 1 Oktober 1965 pukul19.00 WIB. Pada saat itu
Resimen para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang bernama Pasukan
Khusus (Kopasus) di bawah Pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo berhasil merebut
kembali studio RRI pusat dan kantor pusat telekomunikasi. Melalui siaran RRI,
diumumkan bahwa perebutan kekuasaan telah dilakukan oleh PKI dengan G 30
S/PKI-nya. Dalam pengumuman itu juga disampaikan bahwa Presiden Soekarno dan
Menkohankam dalam keadaan aman dan sehat.
Operasi militer
dilanjutkan untuk membebaskan pangkalan udara Halim perdanakusuma. Pada 2
Oktober 1965 pangkala ini telah dapat dikuasai. Pemebrsihan juga dilakukan di
sekitar Lubang Buaya. Pada 3 Oktober 1965 di sebuah sumur tua di daerah Lubang
Buaya ditemukan para koran penculikan dan pembunuhan PKI. Akan tetapi,
pengambilan jenazah baru dilaksanakan pada 4 Oktober 1965. Selanjutnya, pada 5
Oktober 1965 jenazah korban G 30 S/PKI di makamkan di Taman Makam pahlawan
Kalibata, Jakarta. Para korban peristiwa G 30 S/PKI dianugerahi gelar Pahlawan
Revolusi dan kenakan pangkat setingakt lebih tinggi secara anumerta.
Penganugerahan gelar tersbeut tertuang dalam keputusan presiden/Pangti
ABRI/KOTI Nomor III/KOTI/1965 tanggal 5 Oktober 1965. pemeirntah juga membangun
monumen Pancasila sakti untuk mengenang korban. Adapun jenazah kedua perwira
yang dibunuh di Yogyakarta baru ditemukan pada 21 Oktober 1965. Akhirnya, kedua
jenazah tersebut dimakamkan di taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta pada 22
Oktober 1965.
Pojok Info
2. Pergolakan yang Berkaitan dengan Kepentingan
Pergolakan yang
berkaitan dengan kepentingan sering disebut vestet interest, yaitu kepentingan
yang tertanam kuat pada suatu kelompok. Kelompok seperti ini biasanya berusaha
melakukan kegiatan yang menguntungkan bagi kelompoknya dan enggan melepas
kedudukannya sehingga sering menghalangi suatu proses perubahan. Sejarah
mencatat, pergolakan berkaita dengan kepentingan turut mengancama integrasi
Indonesia. Bagaimana terjadinya pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan?
Mari perhatikan pembahasan berikut.
a. Pemberontakan APRA
Pemberontakan Angkatan Perang ratu Adil (APRA)
didasari atas kepercayaan masyarakat akan datangnya seorang ratu adil. Ratu
adil merupakan pemimpin yang dapat dianggap menghadirkan suasana aman,
tenteram, serta memerintahdengan adil dan bijaksana. Kepercayaan masyarakat
terkait Ratu Adil terdapat dalam ramalan Jayabaya. Berbekal kepercayaan
masyarakat tersbeut, APRA dengan mudah memengaruhi rakyat yang telah lama
menginginkan kemakmuran dan kesejahteraan.
1). Latar belakang Pemberontakan
Pemberontakan Angkatan Perang Ratu
Adil (APRA) berkaitan dengan ketidakpuasan beberapa pejuang
terhadap kebijakan pemerintah Indonesia Serikat (RIS). Menurut Kesepakatan
dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), anggota inti unsur Angkatan Perang republik
Indonesia Serikat (APRIS) diambil dari TNI, sedangkan lainnya diambil dari
kalangan bekas anggota Koninklijke Nederlands Indische Leges (KNIL). kondisi
tersbeut menimbulkan kekhawatiran anggota KNIL berkaitan kedudukan mereka dalam
APRIS. Kekhawatiran itu akhirnya mendorong beberapa anggota KNIL bergabung
dalam pemberontakan APRA di Bandung.
Pemberontakan APRA di pimin oleh Kapten Ramond Westerling.
Ia merupakan seorang prajurit militer Belanda yang dikirim untuk membantu
koordiansi tawanan sekutu di Indonesia. gerakan APRA bertujuan mempertahanan
bentuk negara federal di Indonesia dan memiliki tentara sendiri di
negara-negara bagian RIS. APRA menuntu agar mereka diakui sebagai tentara
negara pasundan. padahal, dalam konferensi Inter-Indonesia di Yogjakarta telah
disetuji bahwa APRIS adalah Angakatan Perang Nasional.
2) Jalannya Pemberontakan
Pada 22 Januari 1950 pasukan Kapten Westerling
mendekati kota Bandung. Esok harinya pada 23 Januari 1950, sekitar 800 pasukan
APRA bersenjata berat mmasuki kota Bnadung. Pertempuran antara pasukan APRA dan
tentara APRIS pun tidak dapat dihindari. Dalam serangan ini pasukan APRA
melakukan pembantaian dan pembunuhan setiap tentara APRIS yang
ditemuinya. Enam Puluh orang tentara APRIS yang bertugas terbunuh,termasuk
Letkol lembong. Pasukan APRA berhasil mendudukihampir semua tempat penting di
kota itu selama beberapa jam, termuk Markas Divisi Siliwangi.
Pasukan APRA juga memasuki wilayah Jakarta pada
26 Januari 1950. Di Jakarta, Kapten Westerling berencana meneyrang gedung
tempat diselenggarakannya sidang kabinet RIS. Mereka akan mencuik semua menteri
dan membunuh Menteri pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX; Sekjen
Kementerian Pertahanan Keamanan Mr. Ali Budiardjo; dan kepala staf Angkatan
Perang Kolonel TB. Simatupang. Akan tetapi, pasukan APRA tersebut berhasil
dipukul mundur oleh APRIS dan rencana tersebut dapat digagalkan.
3) Upaya Penumpasan
Pemerintahan RIS segera mengirim pasukannya ke
Bandung untuk mengatasi keadan. Sementara itu, perdana Menteri RIS, Moh. Hatta,
mengadakan perundingan dengan Komisaris Tinggi Belanda di jakarta. Haislnya
Komandan Garnisun Koninklijke leger (KL) di bandung, Mayor Jenderal Engels,
mendesak Kapten Westerling untuk meninggalkan kota Bandung. Pada pertengahan
Februari 1950 Kapten Westerling meninggalkan Indonesia. Ia ditangkap di
Singapura pada 26 februari 1950. Setelah APRIS berhasil menumas gerakan APRA,
keamanan di wilayah Bndung, Jawa Barat dan sekitarya berhasil dipulihkan
kembali.
b. Pemberontakan Andi Aziz
Andi Aziz merupakan
seorang Bugis yang memiliki karier dan jam terbang tinggi di dunia militer. Ia
merupakan perwira Koninklijke Nederlands Leger (KNIL), yaitu tentara bentukan
pemerintah kolonial Belanda. Andi Aziz juga pernah menjadi Komandan Kompi
Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Makasar. Akan tetapi,
dalam perkembangannya ia memberontak terhadap pemerintah Republik Indonesia.
Mengapa dmeikian? simak pembahasannya pada uraian berikut.
1). Latar Belakang Pemberontakan
Pada awal April 1950 situasi politik di Makasar
tidak stabil akibat adanya demonstrasi antara kelompok antifederal dan
profederal. Kelompok antifederal menuntut negara Indonesia Timur (NIT)
secepatnya membubarkan diri dan bergabung dengan Republik Indonesia. Adapun
kelompok profederal berdemonstrasi untuk mempertahankan Negara Indonesia Timur
(NIT). Selain pertentangan pendapat mengenai pebubaran NIT, pemberontakan Andi
Aziz disebabkan pembentukan Angakatan Perang republik indonesia Serikat
(APRIS).
Pada 30 maret 1950 Andi Aziz bersama pasukannya
menggabungkan diri ke dalam APRIS dihadapan panglima Tentara dan Teritorium
Timur Letnan Kolonel J, Mokoginta. Tidak berselang lama, pada 5 Aril 1950
terdengar berita abhwa pemerintah RIS mengirimkan sekitar 900 pasukan
APRIS yang berasal dari TNI ke Makasar untuk mejaga keamanan. Kedatangan
pasukan APRIS tersebut menyebabkan pasukan bekas KNIL khawatir akan terdesak
oleh apsukan baru tersebut. Di bawah Komando Andi Aziz, pasukan KNIL menolak
pasukan APRIS dari unsur TNI ke Sulawesi Selatan.
2). Jalannya Pemberontakan
Andi Aziz dan pendukungnya menolak keputusan
pemerintah terkait APRIS karena takut terdsak dan tidak bersedia bekerja sama
dengan pasukan baru tersebut. Kondisi ini disebabkan pasukan KNIL sebelumnya
merupakan tentara Belanda sehingga antara kedua pihak muncul perasaan tidak
nyaman jika harus bekerja sama. Kedatangan pasukan tersebut juga dipandang
dapat mengancam kedudukan kelompok masyarakat profederal. Selanjutnya, kelompok
profederal bergabung dan membentuk "pasukan bebas" di bawah pimpinan
Kapten Andi Aziz.
Pada 5 Aril 1950 pagi sebelum pasukan APRIS mendarat, pasukan
bekas KNIL di bawah pimpinan Andi Aziz menangkap beberapa anggota pasukan APRIS
di Makasar dan merebut kota Makasar. Mereka menggerakkan pasuka arteleri dan
memaksa kapal-kapal pasukan APRIS meninggalkan pelabuhan. Andi Aziz menyatakan
bahwa ia melakukannya untuk mempertahannkan NIT. selain itu, pasukam ini
berhasil menahan Letkol Mokoginta.
Pemerintah RIS segera bertindak mengatasi pemberontakan yang
dilakukan kelompok Andi Aziz. Pada 8 April 1950 pemerintah mengeluarkan
ultimatum yang isinya bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Aziz harus melaporkan
diri kepada pemerintah RIS di Jakarta untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Pada April 1950 Presiden Soekarno menyatakan bahwa Andi Aziz
adalah seorang pemebrontak.
Pada 15 April 1950 Andi Aziz akhirnya berangkat ke Jkarta
setelah didesak oleh Presiden NIT, Sukawati. Akan tetapi, Andi Aziz terlambat
melapor. Sebagai konsekuensinya, Andi Aziz dihadapkan ke pengadilan militer di
Yogyakarta dan dijatuhi hukuman lima belas tahun penjara. Sementara itu,
pasukan yang diimpin oleh Mayor H.V Worang terus melakukan operasi di Sulawesi
Selatan. Pada 21 April 1950 pasukan ini berhasil menduduki Makasar. APRIS
berhasil memukul mundur pasukan KNIL.
Pada 8 Agustus 1950 pihak KNIL meminta untuk berunding.
Perundingan dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak APRIS dan Mayor
Jenderal Scheffelaar dari pihak KNIL. Hasilnya, kedua belah pihak setuju
menghentikan tembak menembak. Selain itu, dalam waktu dua hari pasukan KNIL
harus meninggalkan Makasar.
c. Pemberontakan RMS
Guna menancapkan kembali
kekuasaannya di indonesia, Belanda membentuk negara-negara bagian. Tindakan
Belanda tersebut sangat mengancam integrasi dan keutuhan bangsa Indonesia.
Salah satu negara bagian bentuka Belanda pada masa itu adalah Republik Maluku Selatan
(RMS). Dalam perkembangannya, RMS melakukan perlawanan terhadap Republik
Indonesia. Apa yang melatabelakangi pemberontakan tersebut? coba diskusikan
bersama teman Anda. Selanjutnya, perhatikan uraian berikut.
1). Latar Belakang Pemberontakan
Pemberontakan RMS terjadi berkaitan dengan kebijakan pemerintah
yang ingin membubarkan negara-negara bagian dan menyatukannya dalam NKRI. RMS
menolk kebijakan tersebut. Salah satu peloornya dalah Dr. Christian Robert
Steven Soumukil, mantan Jaksa Agung Negara Indoensia Timur (BIT). Ia merasa
tidak puas apabila NIT harus kembali menjadi bagian NKRI. RMS sejatinya tidak
hanya ingin mememisahkan diri dari NIT, tetapi juga memisahkan diri dari NKRI.
2). Jalannya Pemberontakan
Pemberontakan RMS
memanfaatkan unsur KNIL yang merasa tidak pasti mengenai status merek pasca
KMB. Sebelum RMS diprokalmirkan, Gubernur Sembilan Serangkai yang beranggotakan
asukan KNIL dan patai Timur Besar melakukan propaganda memisahkan wialayh
Maluku dari NKRI. Menjelang proklamasi RMS, Soumukil telah berhasil
mengumpulkan kekuatan dari masyarakat yang berada di Maluku Tengah. Sementara
itu, pendukung NKRI diamsukkan di penjara.
Pada 25 April 1950 para
anggota RMS memproklamirkan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS) dengan
mengangkat J.H Manuhutu sebagai presiden dan Albert Wairisal sebagai perdana
menteri. Para menterinya terdiri atas Soumokil, D.J Gazperz, J. Toule, S.J.H
Norimarna, J.B Pattiradjawane. P.W Lokollo, H.F Pieter, A. Nanlohy, J.A
Manusama dan Z. Pesuwarissa.
Pada 27 April 1950 Dr.
J.P Nikijuluw ditunjuk sebagai wakil Presiden RMS untuk daerah luar negeri dan
berkedudukan di Den Haag, Belanda. Pada 3 Mei 1950 Soumokil menggantikan
Mnauhutu sebagai Presiden RMS. pada 9 Mei 1950 dibentuk sebuah Angkatan Perang
RMS (APRMS) dan seran mayor KNIL D.J Samson, diangkat sebagai panglima
tertinggi. Untuk sistem kepangkatannya mengikuti sistem KNIL. Pemberontakan RMS
mendapat dukungan penuh dari Belanda dan pasukan KNIL di Ambon.
3) Upaya Penumpasan
Untuk menumpas
pemberontakan RMS, Pemerintah RIS menggunakan dua cara. cara pertama dilakukan
secara damai. Cara damai ini ditempuh melalui perundingan dengan mengirim tokoh
asli Maluku, yaitu J. Leimena, Putuhena, Pelauessy, dan rehattu ke Ambon untuk
melakukan kompromi dengan Soumokil dan pengikutnya. Akan tetapi, misi ini
ditolak oleh Soumokil yang tetap pada pendiriannya untuk memisahkan diri, baik
dari NIT maupun RIS. Masyarakat Ambon pun ikut membantu menyelesaikan
permasalahan, tetapi menuai jalan buntu. Akhirnya, pemerintah menumpas RMS
dengan operasi militer.
Operasi militer dipimi
oleh Kolonel A.E kawilarang selaku panglima tentara dan teritorium Indonesia
Timur. Operasi militer terbag dalam opersi Senopati I yang berlangsung dari 14
Juli 1950 berhasil emnguasai pos-pos penting di puali Buru. Pada 19 Juli 1950
pasukan APRIS berhasil menguasai pulau seram. Selanjutnya, pada 28 September
1950 Ambn bagian utara berhasil dikuasai.
Pada awal November 1950
operasi Senopati II melakukan pembersihan sisa-sisa pengikut dan kekuatan RMS.
Operasi Senopati II melibatkan Slamet Riyadi sebagai pemimpin serangan.
Meskipun demikiran, pasukan tetap berada dibawah komando Kolonel A.E
kawilarang. Pada 4 November 1950 Slamet Riyadi memerintahkan pasukan Group II
Komando Pasukan maluku Selatan (KP Malsel) untuk menduduki Benteng Victoria di
kota Ambon. Dalam penyerangan ini Slamet Riyadi gugur.
Operasi Senopati II
berhasil menguasai Ambon pada 1950. Para pemberontak RMS kemudian melarikan
diri ke pulau Saparua,, haruku, dan Seram. Mereka melanjutkan pemberontakan
bergerilya sampai akhirnya Soumokil tertangkap pada 3 Desember 1963.
Dalam sidang Mahkamah Militer Angkatan Darat di Jakarta pada 24 April
1964, Soumokil dijatuhi hukuman mati. Sementara itu, Manusama dan patturadjawane
berhasil melarikan diri ke Belanda.
3. Pergolakan yang Berkaitan dengan Sistem
Pemerintahan
Berdasarkan hasil
Konerensi Meja Bundar (KMB), bentuk negara Indonesia adalah federal dengan nama
Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS meliputi wilayah Republik Indonesia,
Negara Pasundan, negara Madura, dan Negara Indonesia Timur. Negara-negara
bagian tersebut tergabung dalam Bijeekomst Federal Overleg (BFO/Badan
Musyawarah Negara-negara federal diluar Republik Indonesia yang dibentuk oleh
Belanda). Dalam Perkembangannya, rakyat di negara-negara RIS (kecuali Republik
Indonesia) menunjukkan ketidakpuasan terhadap bentuk negara federal. Indonesia
pun kembali ke bentuk negara kesatuan. Meskipun dmeikian, bnetuk pemerintahan
seperti ini masih menimbulkan ketidakpuasan rakyat di berbagai daerah yang
mengakibatkan terjadinya pergolakan. Pergolakan apa saja yang berkaitan dengan
sistem pemerintahan? Bagaimana terjadinya pergolakan tersebut dan upaya
penumpasannya? Mari perhatikan pembahasan berikut.
a. Pemberontakan PRRI
Setelah pembubaran
Republik Indonesia Serikat (RIS), pergolakan di Republik Indonesia tetap masih
terjadi. Pergolakan tersebut mulai muncul pada akhir 1957 dan awal 1958 di
beberapa daerah di Indonesia yang mengancam integrasi bangsa. Pada masa itu
kondisi politik dan pemerintahan Indonesia sedang tidak stabil. Hubungan yang
tidak harmonis antara pemerintah pusat dan beberapa daerah menjadi salah satu
pemicu timbulnya pergerakan pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
1). Latar Belakang Pemberontakan
Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI) dideklarasikan pada 15 Februari 1958 oleh Letkol
Ahmad Husain di Padang, Suamtera barat. Pemberontakan yang dialkuka PRRI
dilaarbelakangi oleh adanya kecemburuan pemerintahan di daerah terhadap
pemerintah pusat. Pada msa pemerintahan Presiden Soekarno, pemerintaha pusat
melakukan pembangunan besar-besaran. Akan tetapi, pembangunan tersebut terkesan
mengabaikan pembangunan daerah-daerah lain. Pemerintah tidak melakuka
pembangunan di daerah-daerah sebagaimana di Jakarta.Oleh karena itu, PRRI
dibentuk sebagai ungkapan protes terhadap pemerintah pusat. Gerakan ini
bermaksud mengingatkan bahwa pemerintah pusat mempuyai daerah-daerah yang harus
diperhatikan dan dikembangkan demi kemajuan bangsa dan negara.
Syafrudin Prawiranegara
menyatakan pembentukan pRRI bertujuan mengingatkan Presiden Soekarno agar
kembali ke negara hukum serta meminta Presiden Soekarno tidak mengikutsertakan
Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam pemerintahan. Selain itu, PRRI menuntut
Presiden Soekarno untuk kembali menaati UUDS 1950. Tujuan ini digunakan
pemimpin PRRI untuk memperoleh simpati dan dukungan masyarakat.
2). Jalannya pemebrontakan
Pemberontakan PRRI di
mulai dengan pembentukan dewan-dewan daerah. Beberapa dewan daerah yang
terbentuk yaitu dewan Banteng di sumatera Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad
Husain, Dewan gajah di Sumatera Utara yang dipimpin oleh M. Simbolon, Dewan
garuda di Sumatera Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian, serta Dewan
Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Vintje Sumual.
Pada 10 April 1958
Letkol Ahmad Husain mengeluarkan ultimatum agar Kabinet Djuanda mundur. Akan
tetapi, pemeirntah pusat tidak menanggapi isi ultimatum tersebut. Oleh karena
itu, lima hari kemudian, yaitu pada 15 Februari Letkol Ahmad Husain
memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
di Bukittinggi.
Pada 16 Februari 1958
Syafrudin Prawiranegara selaku perdana menteri PRRI di padang mengambil sumpah
menetri PRRI. pada saat bersamaan Presiden Soekarno yang baru saja kembali dari
kunjungan luar negerinya mendapat laporan dari perdana menteri Djuanda dan KSAD
Jenderal A.H Nasution terkait pemebrontakan PRRI. Presiden Soekarno kemudian
mengadakan pertemuan dnegan wakil preiden Moh. Hatta mengenai pembentukan Dewan
nasional. Akan tetapi, usulan presiden Soekarno tersebut ditolak oleh Moh.
hatta. Presdien Soekarno akhirnya mengeluarkan perintah penangkapan Syafrudin
Prawiranegara dan para pendukung PRRI.
3). Upaya Penumpasan
Penumpasan Pemberontakan
PRRI dilakukan untuk memulihkan stabilitas negara. Pada 18 Februari 1958 sidang
kabinet yang diadakan Dewan menteri memutuskan memberi kuasa kepada Kepala Staf
Angkatan Darat (KSAD), Jenderal A.H Nasution untuk menumpas pemberontakan PRRI.
Pemerintah bersama KSAD memutuskan untuk melakukan operasi militer yang dibagi
menjadi Operasi Tegas, Operasi 17 Agustus, Operasi Saptamarga, Operasi Sadar
dan Operasi Merdeka. Operasi Ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Yai di
bawah pimpinan Jenderal A.H Nasution
Operasi pertama kali
dilakukan pada 14 Maret 1958 dan ditujukan ke Pekanbaru untuk mengamankan
sumber-sumber minyak. Operasi militer kemudian dikembangkan ke pusat pertahanan
PRRI di Padang dan Bukittinggi. TNI dapat merebut Kota Medan pada 17 Maret 1958
dan sebulan kemudian, Kota Padang berhasil dikausai. Selanjutnya, pada 5 Mei
1958 Bukittinggi berhasil direbut kembali.
b. Pemberontakan Permesta
Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta) dideklarasikan oleh Letkol Ventje Sumual, seorang
pemimpin sipil dan milliter Indonesia Timur pada 2 Maret 1957. Pemberontakan
yang dilakukan Permesta memiliki kesamaan dengan PRRI. Apa kesamaan tersebut?
Coba diskusikan bersama teman-teman Anda. Selanjutnya, bandingkan hasil diskusi
Anda dengan uraian berikut.
1) latar Belakang
Pemberontakan
Pada dekade 1950-an
kondisi politik di Indoensia tidak stabil. Kabinet parlementer yang silih
berganti tidak memberikan harapan besar dabi perbaikan nasib rakyat di daerah.
Beberapa daerah di Sumatera dan Sulawesi merasa tidak puas dengan pembagian
alokasi biaya pembangunan dari pemerintah pusat. Sika itu didukungbeberapa
panglima militer. Kondisi inilah yang melatarbelakangi terbentuknya gerakan
Permesta. Gerakan Permesta menginginkan
adanya perhatian pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah.
2). Jalannya
Pemberontakan
Pada 2 Maret 1957
Panglima Tentara dan teritorium VII Letkol Ventje Sumual memproklamirkan piagam
perjoangan rakat Semesta (Permesta) di Makasar. Piagam tersebutditandatangani
oleh 51 tokoh. Wilayah gerakannya meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku.
untuk memperlancar gerakan tersebut, daerah Indonesia bagian timur dinyatakan
dalam keadaan bahaya
Pada waktu bersamaan
pemerintah pusat mengumumkan pemecatan Letkol H.N Ventje Sumual, Mayor D.J
Somba, dan para pengikutnya dari Angkatan Darat. Saat itu pula para pelajar,
mahasiswa, pemuda dan mantan perwira KNIL mendaftarkan diri untuk menjadi
apsukan dalam angkatan perang Permesta. pasukan permesta melanjutkan
pemberontakan dengan cara bergerilya.
3). Upaya Penumpasan
Penumpasan pemberontakan
Permesta dilakukan pemerintah dengan melancarkan operasi gabungan. Operasi
tersebut terdiri atas Operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto
Hendraningrat dan Operasi saptamarga I yang dipimpin oleh Letkol Soemarsono
dengan Sulawesi utara bagian tengah sebagai sasaran operasi. Pada maret 1958
Palu dan Donggala berhasil direbut oleh APRI (Angkata Perang Republik
Indonesia) dan pasukan Mobile Brigade di bawah pimpinan kapten Frans karangan.
Semua operasi militer ersebut di bawah komando pemerintah pusat melalui KSAD
Mayor Jenderal A.H Nasution.
Pada 1960 pihak Permesta
menyatakan keediaannya berunding dengan pemerintah pusat. Dalam perundingan
tersebut, Permesta diwakili Panglima Besar Angkatan Perang Permesta, Mayor
Jenderal Alexander Evert Kawilarang. Adapun pemeirnta pusat diwakili oleh kepala
staf Angkatan Darat Nicolas Bondan. Perundingan tersebut mencapai sebuah
kesepakatan bahwa pasukan Permesta akan membantu TNI menghadapi gerakan komunis
di Pulau Jawa.
Pada 1961 pemerintah
pusat melalui Keppres 322/1961 memebri amnesti dan abolisi bagi orang-orang
yang terlibat PRRI dan Permesta. Keputusan tersebut menyebabkan banyak anggota
Permesta keluar dari hutan-hutan untuk mendapat smnesti dan abolisis. Tokoh
Permesta tersebut antara lain Kolonel D.J Somba, Mayor Jenderal A.E Kawilarang,
Kolonel Dolf Runturambi, Kolonel Petit Muharto Kartodirdjo, dan Kolonel Ventje
Sumual. Pada tahun itu pula Permesta dinyatakan bubar.
c. Persoalan Negara Federal dan BFO
Pembentukan Bijeenkomst
Voor Federal Overleg/BFO berawal dari usaha Van Mook untuk kembali menegakkan
kekuasaan Belanda di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Van Mook
membentuk pemerintahan Federal Sementara sebagai pengganti pemerintah Hindia
Belanda. Pada mei 1948 negara-negara federal bentukan Van Mook mengadakan
sebuah rapat di Bandung. Rapat ini berlangsung hingga Juli 1948. Negara-negara
federal menyebut rapat-rapat yang mereka adakan dengan sebutan Bijeenkomst Voor
Federal Overleg / BFO.
Pembentukan BFO
memunculkan dua golongan yang berbeda pandangan. Golongan pertama adalah
golongan federalis yang berusaha mempertahankan bentuk federal. Adapun golongan
kedua adalah golongan unitaris yang menginginkan bentuk kesatuan.
Pembentukan BFO berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa Indonesia.
Sejak pembentukannya,
BFO terpecah menajdi dua kubu, yaitu kubu yang pro-Belanda dan kubu yang
pro-Indonesia. Kubu Pro-Indonesia menolak kerja sama dengan Belanda dan memilih
bekerja sama dengan Republik Indonesia untuk memebntuk negara Indonesia
Serikat. Kubu ini dipelopori ole Ide Anak Agung Gde Agung (Negara Indonesia
Timur), R.T Adil Puradiredja dan R.T Djumhana (Negara Pasundan). Sementara itu,
kubu pro-Belanda ingin mempertahankan kerja sama BFO dengan Belanda. Kubu ini
dipimpin oleh Sultan Hamid II (Pontianak) dan dr. T. Mansur (Sumatera Timur).
Pertentangan dua kubu
semakin meningkat ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II terhadap
Republik Indonesia. Setelah peristiwa ini, kubu pro-Indonesia semakin
menunjukkan simpatinya terhadap Republik Indonesia. Sikap ini ditunjukkan
dengan penyelenggaraan Konferensi Inter-Indonesia pada 19-22 Juli 1949 di
Yogyakarta. Konferensi ini diselenggarakan untuk menyamakan persepsi antara BFO
dan republik Indonesia dalam mengahdapi Belanda dalam Konferensi Meja Bundar
(KMB).
Berdasarkan hasil KMB,
Indonesia berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri atas Republik
Indonesia dan negara-negara BFO. Sebagai sebuah negara, RIS membentuk Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) sebagai pasukan militer yang terdiri
atas TNI, dan KNIL. Baik pasukan TNI maupun KNIL sama-sama enggan bekerja sama
karena merupakan bekas musuh pada masa revolusi kemerdekaan. Persaingan antara
KNIL dan TNI juga sempat menimbulkan pergolakan.
Pergolakan yang terjadi
di negara-negara bagian RIS tidak hanya mengarah pada disintegrasi bangsa.
Pergolakan dalam RIS justru menimbulkan dampak positif. Beberapa negara bagian
BFO yang menjadi negara bagian RIS menunjukkan ketidakpuasannya terhadap
pemerintah RIS. Bahkan, rakyat di negara-negara bagian tersebut menginginkan
bergabung dengan Republik Indonesia. Rakyat merasa bahwa mereka masih berada
dalam penjajahan Belanda.Oleh karena itu, mereka menginginkan RIS dibubarkan
dan semua negara bagian bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai pergolakan dan
konflik yang mewarnai periode 1948-1965 memberi pelajaran berharga bagi segenap
bangsa Indonesia. Slaah satu pelajaran berharga dari periode tersebut adalah
pentingnya persatuan dan kesatuan dan integrasi bangsa. Bangsa Indonesia harus
mampu bersatu untuk menghadapi berbagai tantangan dapat mengancam keutuhan
bangsa. Selain itu, bangsa Indonesia harus mengedepankan sikap saling
menghargai dalam menghadapi keragaman di Indonesia. Sikap saling menghargai
memiliki pengaruh besar dalam proses integrasi bangsa. Oleh karena itu, sebagai
generasi penerus bangsa Anda hendaknya senantaisa menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa. Perjuangan para pemimpin bangsa pada masa lalu dapat dijadikan
refleksi untuk membawa kemajuan bagi bangsa Indoensia pada masa depan.
Komentar
Posting Komentar